Terjadi di Madrasah Murid Membacok Gurunya, Siapa yang Patut Disalahkan?



Baru-baru ini kita dibuat shock dengan beragam kekerasan di lembaga pendidikan. Lembaga tempat anak menimba ilmu. Lembaga yang seharusnya menjadi tempat paling aman setelah rumah. Namun nyatanya, akhir-akhir ini banyak sekali kasus kekerasan di dunia pendidikan. Padahal madrasah ataupun sekolah adalah tempat menuntut ilmu dimana seharusnya menjadi tempat paling aman dari tindakan kekerasan. Kejadian ini saya kira hanya seperti gunung es yang bisa jadi cuma beberapa saja terlihat namun nyatanya lebih dari itu.

Penyebab Kekerasan di Lembaga Pendidikan

Lalu apa saja penyebab terjadi Kekerasan di lembaga pendidikan?

1. Karena Kurangnya Empati

Pelaku bullying atau kekerasan biasa pelaku yang memiliki kemampuan empati yang rendah. Empatinya yang rendah menyebabkan pelaku kekerasan kurang bisa menempatkan diri dari sudut pandang orang lain. Tidak bisa mengenali perasaan orang lain dan memberi kepedulian terhadap perasaan orang. Hal inilah yang menyebabkan pelaku kekerasan atau bullying tega dan mempunyai kemampuan untuk bersikap kasar dan berkata yang menyakitkan. Maka penting bagi anak usia dini sampai masuk di jenjang sekolah adalah penting untuk anak dibekali rasa empati terhadap sesama.

2. Disiplin Pembelajaran yang Kurang Tepat

Tak dipungkiri masih saja ditemui sekolah atau madrasah yang masih menerapkan hukuman fisik terhadap muridnya. Misalnya, datang terlambat di suruh lari di lapangan, memukul teman hukumannya membersihkan toilet dll. Hukuman yang tidak sesuai dengan kesalahan inilah bisa jadi tidak menimbulkan efek jera. Namun malah menimbulkan rasa sakit di hati murid dan bisa jadi timbul niat-niat yang tidak baik.

3. Pernah Jadi Korban Kekerasan atau Menyaksikan Kekerasan

Pelaku kekerasan atau bullying biasanya dilatarbelakangi karena mereka mendapatkan perilaku yang sama di masa lalunya. Atau bisa jadi perilaku kekerasan atau bullying secara verbal sudah biasa mereka lihat di lingkungan sekitarnya. Anak-anak seperti ini sangat berpotensi menjadi pelaku bullying seperti yang mereka lihat di lingkungan sekitar karena menganggap hal ini sesuatu yang wajar.

4. Tidak Percaya Diri

Pelaku bullying bisa jadi karena mereka merasa tidak memiliki sesuatu yang bisa a._Dan tindakan kekerasan atau bullying ini dilakukan untuk menutupi kekurangan yang ada di dalam dirinya Dengan membully temannya. Dengan menindas teman di sekolah yang memiliki kelebihan. Menjatuhkan mental teman yang mendapatkan kepercayaan guru melakukan sesuatu. Adalah satu caranya melakukan tindakan bullying.

5. Kurang Perhatian di Rumah

Memiliki orang tua yang sangat sibuk, atau posisi orangtua yang tidak lengkap membuat seorang anak merasa kesepian dan kurang perhatian. Untuk mendapatkan perhatian lebih, anak tersebut akan melakukan perilaku bullying. Maka melakukan bullying, berbuat onar dan gaduh malah motivasinya agar mendapatkan perhatian sekitar. Jadi semakin dimarahin oleh guru, pelaku akan merasa senang karena merasa mendapatkan perhatian.

Siapa Yang Salah ?

Murid Membacok Gurunya Salah Siapa?

Salah murid ?

Salah orangtuanya ?

Salah guru ?

Salah Madrasah?

Atau Salah pemerintah ?

Dari pada saling menyalahkan, ada baiknya kita saling memperbaiki diri. Rasulullah bersabda:

من نظر في عيب نفسه اشتغل عن عيب غيره

Barang siapa yang melihat aib sendiri maka ia akan terpalingkan dari aib orang tersebut

Hadits tersebut mengajarkan kita untuk tidak mencari-cari kesalahan orang lain adalah dengan sibuk mengevaluasi diri sendiri. Karena efek yang disebabkan oleh kesenangan mencari-cari kesa.

Jadi apa untungnya?

Masih ingatkah Pak-Bu dengan kasus Audrey ?

Jadi, Ketimbang ribut-ribut saling gontok-gontokan dan saling menyalahkan lebih baik kita saling memperbaiki diri. Berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi pelindung paling aman dari tindakan bullying apapun peran kita di masyarakat. Mari kita jaga anak-anak kita, mari 'care' dengan sekitar kita, mari kita jaga sekolah atau madrasah kita jika kita bekerja dalam naungan pendidikan. Siapa lagi yang menjaga anak- anak kita kalau bukan kita sendiri.


Cara Menanggulangi Kekerasan atau Bullying di Madrasah

Lalu apa saja yang bisa kita lakukan dalam menyikapi kejadian seperti ini? Berikut solusi jika madrasah menghadapi kasus serupa yaitu adanya kekerasan dalam madrasah.

Kekerasan atau Bullying di Madrasah Tak Perlu Ditutup-tutupi

Kekerasan atau jenis bullying yang lain dalam ranah manapun tetaplah harus disikapi dengan serius. Terutama jika itu menyangkut anak, baik korban ataupun dia sebagai perilakunya. Karena anak adalah harapan bangsa dimana baik buruk masa depan bangsa ada ditangan mereka. Kolaborasi antara antara kepala madrasah, guru dan orangtua sangat berperan penting untuk menanggulangi kekerasan atau bullying di madrasah. Ketanggapan guru terhadap keluh kesah peserta didik. Kepala madrasah yang bijak dalam mengambil tindakan. Serta orangtua yang perhatian terhadap perkembangan pendidikan buah hatinya adalah kolaborasi ideal yang insyaallah dapat menghindarkan madrasah dari jenis kejadian serupa kekerasan atau bullying. Bukan malah terkesan menutup-nutupi kepada wali murid ketika ada tindakan kekerasan untuk menghindari masalah. Karena jika ada masalah bullying di madrasah dan lembaga hanya sibuk menutup informasi sana-sini tanpa menghentikan bullying nya maka cuma akan menjadi bom waktu yang bisa meledak suatu saat.

Menanamkan Nilai-Nilai Positif dalam Pembelajaran

Guru adalah fasilitator dan motivator yang terbaik bagi peserta didiknya. Kegiatan pembelajaran adalah cara termudah bagi Pak-Bu memasukkan nilai-nilai positif dalam pembelajaran. Tentang bagaimana bersikap baik kepada sesama. Bagaimana cara menghormati guru dan menyayangi teman ataupun nilai positif lainnya. Diharapkan penanaman nilai-nilai positif tersebut dapat meminimalisir tindakan kekerasan dan bullying di lingkungan madrasah ataupun sekolah. Ada beragam cara memasukkan nilai-nilai positif dalam pembelajaran; bisa melalui dibacakan cerita; melalui menyanyikan lagu; melalui permainan; diputarkan video terkait 'stop bullying' dan lain-lainya 

Memberikan Pemahaman tentang Konflik dan Cara Mengatasinya

Kita tidak lepas dari yang namanya konflik atau permasalahan dengan orang lain. Begitupun anak-anak, walau masih di usia belia juga bisa bertengkar dengan teman atau ada masalah dengan orang dewasa. Mari kita berikan pemahaman kepada mereka bahwa setiap masalah tidak harus berakhir dengan keributan atau bahkan kekerasan. Ada banyak cara positif yang tidak merugikan orang lain dalam menyelesaikan masalah bisa dengan

Pak-Bu dapat memberikan pemahaman tentang konflik dan cara-cara positif untuk mengatasinya dan tidak merugikan orang lain.

Melibatkan Orang Tua dalam Proses Pembelajaran

Peran orang tua dalam pendidikan anak sebetulnya lebih dominan dari pada guru. Terlebih intensitas bertemu anak lebih lama dari guru. Jadi jangan sungkan untuk mengkomunikasikan tentang masalah yang terjadi pada saat di kelas kepada orangtua peserta didik. Hal ini bisa mencegah ada hal buruk seperti kekerasan di madrasah karena tidak hanya guru, BK dan kepala Madrasah. Namun juga orangtua murid yang ikut menasehati anak-anaknya.

Melakukan Pendekatan Secara Individu dengan dengan Peserta Didik Memiliki Potensi untuk Melakukan Kekerasan

Pak-Bu kita sebagai guru, harus mampu mengidentifikasi siswa yang mungkin berpotensi melakukan kekerasan. Dalam hal ini, Anda harus peka terhadap perubahan perilaku siswa dan mewaspadai perilaku yang tidak wajar seperti kekerasan verbal, mudah marah, intimidasi, atau agresif. Pendekatan ini memungkinkan Anda dapat membantu siswa mengatasi masalah perilaku tersebut sehingga siswa dapat menghindari perilaku kekerasan di madrasah. Ayo! bersama-sama kita hindari berbagai bentuk kekerasan di sekolah melalui cara-cara yang positif, aman, dan bebas dari kekerasan.

Menerapkan Disiplin positif

Selanjutnya, Pak-Bu juga harus mampu menerapkan kesepakatan pendisiplinan yang positif. Berikut beberapa hal yang perlu Pak-Bu lakukan untuk menerapkan kesepakatan disiplin yang positif!
  • Berpikir positif bahwa peserta didik dapat berubah dengan pemberian kehangatan dan bimbingan yang berulang.
  • Memiliki pola pikir bahwa peserta didik mampu memahami bagaimana berperilaku yang pantas, perlu dilatih berulang kali sehingga anak mampu mengendalikan dirinya
  • Memperlakukan peserta didik dengan kehangatan selayaknya mereka manusia.
  • Membantu peserta didik saat menghadapi masalah,
  • Memotivasi mereka saat mengalami kesulitan, mengakui dan usaha dan capaian peserta didik,
  • Meminta maaf jika melakukan kesalahan,
  • Mendengarkan pendapat peserta didik dan mempertimbangkannya dengan serius tanpa terhormat menyudutkan pelaku.
Apapun itu memang benar tindak kekerasan tidak bisa dibenarkan apalagi berbuat kekerasan kepada guru atau orangtua. Namun sebagai manusia dewasa tak layak bagi kita menghakimi begitu saja tanpa tahu sebab dan musababnya. Mari kita ambil pelajaran di setiap kisah untuk kita bisa menjadi guru yang bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didik dan orang sekitar kita. Dan menjadikan diri sebagai tempat paling aman dari kekerasan dan bullying.

Wallahu alam bisshowab!

0 comments