Tips Membangun Personal Branding Bagi Guru


Seperti apa citra atau image anda dihadapan murid-murid?

Sebagai guru yang pintar dan cerdas;

Sebagai guru yang baik dan lembut;

Sebagai guru motivator bagi para murid;

Guru yang ramah;

Guru yang humoris;

Guru kreatif;

Atau mungkin sebaliknya?


Tahukah Pak-Bu.. image atau citra kita dihadapan murid dan orang sekitar itu penting sekali untuk diperhatikan. Maka dari itu, penting bagi kita membangun personal branding bagi diri kita oleh khalayak umum. Karena hal ini bukan hanya kewajiban namun Lebih kepada kebutuhan kita sebagai pendidik. Jika branding ini  baik  mata masyarakat, orangtua dan khususnya murid pun juga baik penilaian mereka terhadap kita. Sebaliknya jika kita gagal membranding diri sebagai guru yang baik maka mereka pun akan mendengar citra buruk tentang kita.


Lalu Apa Itu Personal Branding?


Menurut Haroen (2014), personal branding adalah proses membentuk persepsi masyarakat terhadap aspek-aspek yang dimiliki seseorang, seperti kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai dan bagaimana semua itu menciptakan persepsi positif dari masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat pemasaran. Personal branding membuat seseorang terlihat unik dan berbeda. Branding yang kita bangun membuat orang ingin   tahu 3W dari kita. Apa itu 3W ? 

  1. W yang pertama "what are you" (tentang siapa benarnya anda). 
  2. W selanjutnya adalah "what have you" (apa yang telah anda lakukan sebelumnya).
  3. W yang terakhir adalah " what will you do" ( mereka ingin tahu tentang tujuan serta visi-misi anda ke depan). 

Contohnya sebagai seorang guru kita membangun merek kita sebagai guru yang ramah maka murid kita akan menceritakan diri kita sebagai guru yang ramah. Seperti halnya produk dipasaran, jika kita sebagai guru kualitas kita oke maka murid akan menceritakan kita seperti itu juga. 


Apa Pentingnya Personal Branding Bagi Guru?



Mungkin guru zaman kita masih kecil dulu kurang memperdulikan branding nya di depan masyarakat sehingga banyak sekali guru yang memiliki cap kurang baik di masyarakat. Seperti guru dengan killer, guru yang suka semena-mena, kasar, guru yang suka pilih kasih dll. Tapi dulu bagaimana pun karakter bapak-guru, kita tetap samikna wa'atokna (mendengarkan dan mematuhi) dengan tulus. Beda jika perlakuan ini diterima oleh anak-anak zaman sekarang. Perbedaan sikap dan karakter anak didik zaman dulu dan sekarang sudah selayaknya membuat para guru mengubah performa nya. Senantiasa memperbaiki diri dalam pola pikir dan kebiasaan karena inilah merek yang dilihat oleh orang sekitar. Semua kembali ke kita sendiri mau seperti apa merek yang ingin ditampilkan?


Pak-Bu, menjadi umat Islam sudah sepatutnya kita belajar personal branding dari Rasulullah SAW. Sang pemberi teladan (Uswatun hasanah) adalah manusia yang mampu membranding kepribadiannya menjadi pribadi yang baik di mata masyarakat bahkan dari beliau masih belia dan belum diangkat menjadi Nabi. Sekelas Beliau juga memerlukan pencitraan diri di hadapan masyarakat, apalagi kita? Tentu Pak-Bu ingat bahwa Rasulullah SAW sejak remaja sudah bergelar dengan Muhammad Al-amin (Muhammad yang bisa dipercaya). Suatu tagline yang sangat memenuhi kriteria yaitu mudah diingat, singkat, dan paling penting orisinal. Orisinalitas itu dibangun dari ucapan, perbuatan dan respon Beliau terhadap sosial. Apakah Nabi Muhammad yang meminta masyarakat arab memanggil Nya dengan sebutan Al-Amin? Tentu tidak, tagline yang Beliau dapat adalah dari penduduk Mekkah sendiri bahkan dari musuh beliau pada masa kenabian, Masyaallah! Apa yang membuat personal brand pada diri Nabi SAW sangat lah kuat?
  1. Karena kesamaan antara perkataan, perbuatan dengan hati Beliau. Hal ini wujud pengalaman Beliau tetang kesempurnaan iman yaitu tashdiq bil Qalbi (dibenarkan dengan hati), iqrar bil lisan (diucapkan dengan lisan) dan amar bil arkan (diwujudkan dengan perbuatan.
  2. Personal Brand Al amin adalah sifatnya orisinal bukan rekayasa. Bukan karena ingin di tagline seperti itu. Namun karena beliau memang menguatkan taglinenya melalui sebuah proses yang konsisten sehingga meletupkan keunikan yang beliau miliki dan tidak semua dimiliki olah orang lain sehingga julukan Al-amin disematkan pada diri beliau.

Muhammad adalah suri tauladan, dan membentuk diri menjadi pribadi yang lebih baik adalah salah satu cara meneladani Beliau adalah suatu keharusan. Selain itu, Rasullullah juga pernah bersabda agar kita sebagai mualim harus  senantiasa menjaga perbuatan dan lisan kita. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


الْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ُ Ù…َÙ†ْ سَÙ„ِÙ…َ الْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ُونَ Ù…ِÙ†ْ Ù„ِسَانِÙ‡ِ ÙˆَÙŠَدِÙ‡ِ


Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya


Jadi setiap muslim, begitu juga guru sebaik berprogres menjadi insan yang lebih baik dengan memaksimalkan kemampuan diri untuk perannya sebagai pendidik juga syukur-syukur bisa bermanfaat untuk kemaslahatan umat.


Mengapa Sih Guru Perlu Membangun Personal Branding?



  1. Mengembangkan kepercayaan diri. Dengan membangun personal branding kita sudah mempunyai tujuan yang ingin kita capai dan bagaimana menjalankan nya. Suatu hal yang dilaksanakan karena didasarkan akan ketulusan dapat menumbuhkan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas. Ini dapat membuat performa kita menjadi lebih maksimal dalam menjalankan tugas.
  2. Membangun koneksi. Guru yang memiliki reputasi baik di dunia kerjanya akan membantu memperluas jaringan koneksinya. Keunikan yang dimilikinya akan mempermudah membangun koneksi di berbagai bidang sesuai bakat yang ia miliki.
  3. Membangun kredibilitas. Guru yang berhasil membuat brand dalam dirinya dapat mempermudah dirinya mendapatkan kredibilitas seseorang atau lembaga. Dia mampu mengaktualisasikan diri sesuai potensinya tentu mempermudah guru dalam menapaki kariernya menjadi lebih baik
  4. Keyakinan meningkat. Keyakinan meningkat sejalan dengan semakin mantap seorang guru membangun personal branding yang dimilikinya. Karena dalam menjalankan tugas guru merasa memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan kepada anak didik juga lembaga di sekolahnya. 
  5. Memiliki authenticity. Personal branding membuat seseorang dapat tumbuh menjadi sesuatu yang dia ingin capai dalam hidupnya. Proses ini lambat laun menjadikan karakter nya yang otentik. Dan guru yang otentik dengan ciri khas nya akan lebih percaya diri dalam mengembang tugas
  6. ​Fokus mencapai tujuan dan sebagai kontrol diri. Personal branding yang dibangun membuat seorang guru memiliki prinsip yang lebih kuat sehingga susah untuk dikontrol oleh orang lain dan lebih fokus pada tujuan yang dicapai. Personal branding juga dapat mengontrol agar guru tidak keluar dari tujuan dan berusaha menjadi pendidik yang baik


Langkah-Langkah Membangun Personal Branding



Branding tidak selalu melulu terkait produk dan hal-hal yang terkait dengan periklanan. Pengembangan diri seseorang juga memerlukan branding atau istilah umumnya pencitraan. Tidak terkecuali seorang guru. Guru yang profesional akan berusaha menjaga mereknya dengan baik. Bagaimana cara membangun personal branding untuk guru? Berikut langkah-langkahnya!

  1. ​Melakukan tugas dengan profesional. Langkah pertama dalam membangun personal branding adalah melakukan tugas dengan sebaik mungkin. Mengajar dengan tulus dan penuh dedikasi. Karena apapun yang dilakukan dengan tulus dan maksimal akan mampu membranding diri lebih baik lagi di mata manusia utama di mata Allah. 
  2. ​Cara bersikap dan kemampuan berkomunikasi. Cara kita berkomunikasi dan  bersikap kepada murid, rekan guru, wali murid atau pun masyarakat sekitar sangat menentukan pandang orang terhadap diri. Maka sebagai guru yang sepatutnya jadi teladan bagi para muridnya haruslah berhati-hati dalam bersikap juga dalam bertutur. 
  3. ​Mengembangkan diri sesuai bakat minat. Untuk membangun personal branding tidak cukup sekedar menjadi baik. Guru harus memiliki ciri khusus agar mudah dikenal oleh murid dan orang sekitarnya sebagai ciri baik. Untuk itu, seorang guru perlu senantiasa menggali bakat minat yang dimiliki. Potensi apapun yang bisa menunjang perannya dalam mendidik dan mengajar. Jika hobi menggambar maka gali bakat menggambar. Jika hobi menulis maka kembangkan bakat dengan ikut pelatihan dan pajang karya anda di mana lakukan. Bisa menjadi blogger atau pun sekedar bercuit di media sosial. Guru pun bisa menjadi youtuber ataupun influincer. Asal syaratnya semua hobi yang kita kembangkan tak membuat kita melupakan tugas dan tanggungjawab kita menjadi guru. 
  4. ​Membangun citra diri dengan tulus karena ingin berkembang untuk menjadi guru yang lebih baik. Membangun personal branding haruslah dilakukan dengan tulus dan tanpa kepalsuan. Bukan untuk dipandang 'wah' atau keren. Tapi memang atas ketulusan untuk menjadi diri pribadi yang lebih baik lagi. Mengikuti sunnah Nabi yaitu dengan menyamakan perkataan dan perbuatan dengan hati seperti yang telah saya jabarkan di atas


Demikian beberapa pandangan saya terkait personal branding bagi guru. Mungkin tidak semua sepakat dengan perlunya pencitraan pada diri guru. Dan mengganggap jadi pribadi yang apa adanya itu lebih baik. It's okey, Pak-Bu! Karena setiap orang berhak berpendapat. Namun bukankah kita ingin memberi bekas yang indah dan positif nanti jika sudah usai waktu kita di dunia. Dan berharap semua yang mengenal kita bersaksi bahwa kita orang baik di mata manusia dan utamanya di mata Allah. Dan kota pun selayaknya menjadi pribadi yang lebih baik terlepas peran kita sebagai guru atau tidak. wallahu a'lam bishawab! Semoga bermanfaat 


Sumber Referensi: 

0 comments