Suka Duka Menjadi Guru SD / MI


Komitmen untuk mengajar anak didik adalah konsekuensi ketika kita sudah menentukan pilihan sebagai pengajar. Ada beban yang lebih besar dipundak, saya rasa daripada mengajar anak sendiri. Pepatah jawa mengatakan; "Guru, digugu lan ditiru". Jadi untuk menjadi guru, tak cukup hanya menyampaikan materi. Kita juga menjadi salah satu suri tauladan bagi anak.

Menjadi guru memang berat. Namun jika mendapati pencapaian dan perubahan yang positif dari anak didik inilah yang menggembirakan. Rasa gembira yang tidak bisa dibandingkan dengan gajian. Berikut suka duka menjadi guru SD/MI :

1. Profesi Guru Bisa Membuat Awet muda


Berada dilingkup kerja dimana dulu juga dibesarkan disitu. Membuat saya masih memiliki rekan kerja yang dulu guru-guru saya di waktu masih duduk di MI. Bahkan karena masih satu yayasan dengan guru TK, walau bukan rekan kerja tapi bisa tiap hari bertemu. Dan nyatanya mereka masih awet muda seperti mengajar dulu. Ini bukti bahwa menjadi guru bikin awet muda, he.. he..

Apa yang membuat guru terlihat awet muda? Mungkin salah satunya karena kita selalu berinteraksi dengan anak-anak dengan tingkah lucu dan penuh kepolosan. Segala macam masalah di luar sering terlupakan sejenak saat bersenda gurau dengan anak-anak. Tuntutan berpakaian yang rapi dan wangi, juga menjadi sebab salah satunya.

2. Memiliki Banyak Relasi




Menjadi guru, kita dihadapkan dengan banyak relasi. Berhubungan dengan banyak anak didik dengan karakter dan tingkat kemampuan yang beragam. Harus siap menghadapi orangtua murid yang komplain atau curhat tentang anaknya. Kami dibekali cara bagaimana mengajar dengan baik tapi tidak ada pelatihan khusus menghadapi orangtuanya. Selain itu, guru harus bisa membaur dengan beragam karakter rekan seprofesi. Baik dalam lingkup sekolah tempat bekerja maupun di luar sekolah.

3. Dituntut Untuk Terus Belajar dan Mengasah Kreatifitas


Menjadi guru di era sekarang, membuat kita harus banyak belajar. Karena siswa bisa jadi lebih dulu mengetahui ilmu yang akan kita ajarkan karena bisa diakses di luar sekolah. Guru pun dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan bahan ajar bahan dalam segi media dan metode penyampaian. Agar bisa menarik perhatian anak didik yang zaman sekarang sudah mengenal beragam game seru di gadget mereka. Supaya anak didik senang dan antusias mengikuti pelajaran.

4. Gaji Kecil Tapi Insya Allah Berkah


Menjadi guru di sekolah swasta atau pun guru honorer dengan gaji yang kecil, memungkinkan para guru untuk putar otak mencari sampingan untuk kebutuhan keluarga. Namun walau hidup serba pas-pasan, keberkahan berprofesi menjadi seorang guru pasti ada saja. Pas butuh, alhamdulillah pas ada.


5. Siap-Siap Stress dan Memiliki Banyak Topeng



Menjadi guru tidak sekedar mengajar semata. Namun dibalik itu guru harus siap menghadapi banyak yang dihadapi anak didik. Misalnya saja guru harus siap menjaga mood mereka untuk tetap fokus sampai kelas berakhir; Guru pun harus siap mengatasi masalah jika mendapati anak didik yang belum faham dengan yang guru ajarkan; sampai-sampai kita pun harus siap menjadi pendengar anak didik ada masalah terkait teman ataupun masalah keluarga. Kami sebagai guru merasa gagal, jika anak didik ada yang memiliki keterlambatan belajar atau kurang bisa memahami pelajaran. Beban tersebut akan terus terngiang sampai terpecahkan solusinya.

Bapak-Ibu, setiap anak didik memiliki karakter masing-masing. Sebagai guru, harus pintar mengelola emosi untuk bisa menghadapi semua tingkah polah lucu anak didiknya. Begitupun saat ada masalah di luar, kita harus lihai menguasai diri. Agar jangan sampai mencampur adukkan masalah luar dengan di kelas. Harus tetap semangat dan ceria walau sedang ditimpa masalah ataupun diserang sakit.

6. Banyaknya Administrasi yang Harus Dikerjakan


Dalam mengajar persiapan dan evaluasi yang membutuhkan waktu tidak sedikit. Pekerjaan guru di luar jam mengajar cukup menyita pikiran dan waktu. Persiapan meliputi, Rencana persiapan mengajar, mengelola kelas, mengisi absensi, dan mengisi jurnal. Belum lagi guru harus membuat soal ulangan dan mengkoreksinya. Seringkali pekerjaan tersebut sampai di bawa pulang.


8. Selalu Diingat Murid


Menghadapi banyak anak didik yang berganti-ganti tiap tahun membuat guru mungkin lupa dengan alumni anak didiknya. Ditambah karena tidak membersamainya selalu karena sudah lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang berikutnya. Ada banyak perubahan yang terjadi sehingga guru mungkin sudah lupa untuk mengingat anak didiknya yang mungkin ada yang sudah berkeluarga.

Namun tidak dengan anak didik kita. Mereka masih tetap mengenal guru-guru ditambah jika ada kesan khusus ketika diajar. Guru-guru yang dianggap sabar, lucu, pemarah, yang suka kasih hukuman, dsb akan memiliki kesan dan gampang diingat oleh anak didik.

0 comments